Kata "bahasa" memiliki paling kurang dua makna dasar: bahasa sebagai
konsep umum, dan "sebuah bahasa" (sebuah sistem linguistik tertentu,
contohnya "bahasa Prancis"). Dalam bahasa Prancis, bahasa yang digunakan oleh Ferdinand de Saussure
yang pertama kali dengan jelas memformulasi perbedaannya, menggunakan
dua kata yang berbeda untuk konsep yang berbeda. Prancis misalnya
menggunakan kata langage untuk bahasa sebagai sebuah konsep dan langue sebagai instansi dari bahasa. [2]
Bila berbicara mengenai bahasa sebagai konsep umum, beberapa definisi
berbeda dapat digunakan untuk menekankan aspek yang berbeda dari
fenomena. [3]
Definisi tersebut juga memerlukan pendekatan dan pemahaman berbeda, dan
mereka memberikan kajian teori linguistik yang berbeda dan terkadang
bertentangan.
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
Definisi
Bahasa
Bahasa bisa mengacu kepada kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi
yang kompleks, atau kepada sebuah instansi spesifik dari sebuah sistem
komunikasi yang kompleks. Kajian ilmiah terhadap bahasa dalam semua
indra disebut dengan linguistik.
Sekitar 3000-6000 bahasa yang digunakan oleh manusia sekarang adalah suatu contoh yang menonjol, tapi bahasa alami dapat juga berdasarkan visual daripada rangsangan pendengaran, sebagai contoh pada bahasa isyarat dan bahasa tulis. Kode dan bentuk lain dari sistem komunikasi artifisial seperti yang digunakan untuk pemrograman komputer juga dapat disebut bahasa. Bahasa dalam konteks ini adalah sebuah sistem isyarat untuk enkoding dan dekoding informasi. Kata bahasa Inggris "language" diturunkan secara langsung dari Latin lingua, "language, tongue", lewat bahasa Prancis Tua. [1] Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" mengacu pada kemampuan kognitif yang membuat manusia dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks.
Bahasa sebagai sistem komunikasi dikatakan pada dasarnya berbeda dari
dan lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada spesies lain dimana ia
berdasarkan pada sebuah sistem kompleks dari aturan yang berkaitan
dengan simbol dan makna, sehingga menghasilkan sejumlah kemungkinan
penyebutan yang tak terbatas dari sejumlah elemen yang terbatas. Bahasa
dikatakan berasal sejak hominid pertama kali mulai bekerja sama,
mengadopsi sistem komunikasi awal yang berdasarkan pada isyarat
ekspresif yang mengikutkan teori dari pikiran
dan dibagi secara sengaja. Perkembangan tersebut dikatakan bertepatan
dengan meningkatnya volume pada otak, dan banyak ahli bahasa melihat
struktur bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi komunikatif
tertentu. Bahasa diproses pada otak manusia dalam lokasi yang berbeda, tetapi secara khusus berada di area Broca dan area Wernicke. Manusia mengakuisisi
bahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan anak-anak sudah
dapat berbicara secara fasih sekitar umur tiga tahun. Penggunaan bahasa
telah berakar dalam kultur
manusia dan, selain digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi
informasi, ia juga memiliki fungsi sosial dan kultural, seperti untuk
menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial dan untuk dandanan sosial dan hiburan.
Kata "bahasa" juga dapat digunakan untuk menjelaskan sekumpulan aturan
yang membuat ia bisa ada, atau sekumpulan penyebutan yang dapat
dihasilkan dari aturan tersebut.
Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan sebuah isyarat dengan sebuah makna tertentu. Bahasa lisan dan isyarat memiliki sebuah sistem fonologikal yang mengatur bagaimana suara atau simbol visual digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan sebuah sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem
digunakan membentuk frasa dan penyebutan. Bahasa tulis menggunakan
simbol visual untuk menandakan suara dari bahasa lisan, tetapi ia masih
membutuhkan aturan sintaks yang memproduksi makna dari urutan kata-kata.
Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi setiap waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan
bahasa moderen untuk menentukan ciri-ciri mana yang harus dimiliki oleh
bahasa pendahulunya untuk perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok
bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai keluarga bahasa. Bahasa yang digunakan dunia sekarang tergolong pada keluarga Indo-Eropa, yang mengikutkan bahasa seperti Inggris, Spanyol, Rusia dan Hindi; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi Bahasa Mandarin, Cantonese dan lainnya; bahasa Semitik, yang melingkupi Arab, Amhar dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi Swahili, Zulu, Shona dan ratusan bahasa lain yang digunakan di Afrika.
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
Masa lalu sebagai bahasa Melayu
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir
tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke
berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh
Kerajaan Sriwijaya
yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi
wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang
bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari
bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam.
Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah
kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di
pulau Sumatera, jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada
wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau
Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup
wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut,
mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut
disebut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin
Nagarakretagama.
Ibukota Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan
Sriwijaya dan masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan
masyarakat pendukungnya yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam
masyarakat Minangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu Minangkabau)
yang merupakan salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh
luas hingga ke Filipina membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin
meluas, tampak dalam prasasti Keping Tembaga Laguna.
Bahasa Melayu kuno yang berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat
"o" seperti Melayu Jambi, Minangkabau, Kerinci, Palembang dan Bengkulu.
Semenanjung Malaka dalam Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya
Semenanjung Medini.
Dalam perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia (=
Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka,
istilah Melayu bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung
Malaysia) yang akhirnya disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu.
Tetapi nyatalah bahwa istilah Melayu itui berasal dari Indonesia. Bahasa
Melayu yang berkembang di sekitar daerah Semenanjung Malaka berlogat
"e".
Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512 sehingga
penduduknya diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Bahasa
Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga
pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau
Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu
kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan
Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.
Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu
tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam
perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna,
sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan
Nusantara.
Secara sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang
menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai
rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia)
dan Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang
panjang sampai dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku
Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan makna menjadi sebuah
etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya didalamnya juga telah mengalami
amalgamasi dari beberapa unsur etnis.
M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan
menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan
dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di
Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa,
Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera
Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong
- Puak Melayu
Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti
kuna yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu
menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa
dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup
luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa[10] dan Pulau Luzon.[11] Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik (classical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.[rujukan?] Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan
dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang menjadi juru bahasa di
wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini adalah mulai
masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi,
sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad
ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi,
selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk,
dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses
penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan
Inggris meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat
pengguna bahasa Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata
untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja,
sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda terutama
banyak memberi pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi
(misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi hingga awal abad
ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel
adalah pinjaman dari bahasa ini.
Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh
penutur bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai
intensif di bawah penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata
Tionghoa yang masuk biasanya berkaitan dengan perniagaan dan keperluan
sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan
cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling penting di "dunia timur".[12]
Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal
dan temporal. Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai
pelabuhan Nusantara bercampur dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia.
Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi
beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19).[13] Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa.
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang full-fledged,
sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional pada masa itu, karena
memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu
Pasar yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang
terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat
dikatakan sebagai lingua franca, tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata pinjaman
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
Lokakarya dan Seminar
- Pada bulan Maret 2007 para kontributor Wikipedia bahasa Indonesia yang lebih dikenal sebagai Wikipediawan diundang untuk pertama kalinya untuk mengadakan seminar tentang Wikipedia di Universitas Bina Nusantara.[9] Para Wikipediawan ini menjelaskan apa itu Wikipedia bahasa Indonesia dan proyek-proyek Yayasan Wikimedia (Wikimedia Foundation) pada umumnya.
- Pada Undangan tentang seminar disebutkan bahwa salah satu hal yang menarik dalam acara tersebut adalah kesempatan untuk bertemu "Bapak Wikipedia bahasa Indonesia", Revo Soekatno. Pada bulan November 2007 pemerintah Indonesia melalui Departemen Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan acara tahunan Indonesian ICT Award dan mengundang komunitas Wikipedia untuk mengadakan lokakarya tentang bagaimana menulis di Wikipedia[10][11]
- Ivan Lanin sebagai salah satu pembicara yang diwawancarai oleh Antara menyatakan bahwa jumlah kontributor di Wikipedia bahasa Indonesia meningkat dan artikel-artikelnya pun mulai bervariasi. Revo menyatakan bahwa tantangan untuk Wikipedia bahasa Indonesia ke depan adalah bagaimana agar artikel-artikel ini menjadi lebih dapat dipercaya sehingga meyakinkan khalayak akan kualitas informasi yang disajikan oleh Wikipedia bahasa Indonesia. Pada hari pertama lokakarya dihadiri oleh 40 orang, sedangkan komputer yang disediakan untuk pelatihan langsuk terbatas dan jauh lebih sedikit daripada jumlah peserta.[12]
- Pada tahun 2008 acara yang sama diadakan pada acara penghargaan teknik informatika Indonesia (Indonesian ICT Award); kali ini komunitas Wikipedia bahasa Indonesia mengadakan sesi untuk umum dan sesi untuk organisasi
- Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia_bahasa_Indonesia
Kontributor
Awalnya, kontributor yang pertama kali dikenal oleh media massa di Indonesia adalah Revo Soekatno. Pada tahun 2004, Revo mendeskripsikan Wikipedia pada Majalah Tempo sebagai "Ensiklopedia dari Kamar Kos". Revo juga menyebutkan potensi yang dimiliki oleh Wikipedia dengan menunjukkan bahwa bahasa-bahasa lain yang dipertuturkan di Indonesia seperti Wikipedia bahasa Jawa dan Wikipedia bahasa Sunda sudah memiliki Wikipedia dalam bahasa tersebut.[3]
Majalah Tempo menuliskan dalam artikelnya bahwa para kontributor
wikipedia bisa jadi tidak terkenal dalam kehidupan nyata, para
kontributor ini mungkin juga tidak diundang pada acara-acara seminar
penting maupun acara wawancara, dan bila ditanyakan pada ilmuwan
terkenal, mereka pun bisa jadi tidak mengenali namanya.[4]
Pada tahun 2006, TIME mengeluarkan artikel sosok untuk tahun ini (person of the year) yang menyatakan bahwa orang yang terpilih adalah "Anda" ("You"),[5] artikel ini mengulas tentang kolaborasi di Wikipedia, tak lama setelah itu Harian KOMPAS menerbitkan artikel
tentang Revo sebagai "Bapak dari Wikipedia bahasa Indonesia". Artikel
ini juga menekankan bahwa semangat untuk berkontribusi sebagai
"Kecanduan di jagat maya yang harus didukung".[6][7]
Media lain melihat Revo sebagai salah satu "aktivis yang membangun
portal komunitas di Indonesia", dan memuji kontribusinya sebagai salah
satu alasan mengapa Wikipedia bahasa Indonesia dikenal di internet.
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia_bahasa_Indonesia
Bahasa Indonesia
Wikipedia bahasa Indonesia (sering disingkat WBI) adalah versi bahasa Indonesia dari ensiklopedia Wikipedia sebagai ensiklopedia yang dapat disunting bebas oleh siapa saja yang terdapat dalam jaringan internet.
Seperti Wikipedia dalam bahasa lainnya di dunia, Wikipedia bahasa
Indonesia mengikuti peraturan-peraturan dasar Wikipedia yang bermula
dari bahasa Inggris seperti penulisan artikel dengan sudut pandang netral.[1]
Salah satu bidang di mana Wikipedia Indonesia mempunyai lebih banyak
artikel jika dibandingkan versi bahasa lain adalah artikel-artikel wilayah administratif di Indonesia, meskipun banyak yang isinya masih merupakan rintisan saja.[1]
Wikipedia bahasa Indonesia menjadi Wikipedia ketiga tercepat pertumbuhannya di Asia setelah Wikipedia bahasa Mandarin dan Wikipedia bahasa Jepang, dan pada saat yang sama menjadi Wikipedia terbesar di negara berkembang pada tahun 2006.[2] Pada bulan April 2010 WBI merupakan Wikipedia terbesar di Asia Tenggara, keempat di seluruh Asia, dan ke-25 dari seluruh dunia.
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia_bahasa_Indonesia
Bahasa Indonesia
Pemerintah kolonial
Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk
membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan
bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan
diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab
rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi
bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan
didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat
pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan
mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.[12] Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan
kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik
pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah
terbentuk sekitar 700 perpustakaan.[14] Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia#Bahasa_Indonesia
Mari Belajar Berbahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Dalam proses pembentukan Bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang,
tidaklah semuanya murni dari bahasa Melayu. Dalam kosakata bahasa
Indonesia ada yang merupakan hasil dari serapan bahasa luar, misalnya
bahasa daerah (Jawa, Sunda, Sansekerta),
bahasa asing (Belanda, Inggris, Latin, Arab) dan banyak serapan dari
bahasa lainnya yang tidak penulis sebutkan satu per satu. Dalam proses
penyerapan inilah, terkadang terjadi kesalahkaprahan dalam penyerapan
–entah apa alasannya- dari bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Berikut saya coba memberikan beberapa contoh penyerapan bahasa lain
–imbuhan –isasi- yang kurang tepat.
Standarisasi atau Standardisasi?
Anda tentu memerhatikan, kata standarisasi bersaing pemakaiannya
dengan kata standardisasi. Misalnya saja, sebuah badan negara
menggunakan kata standardisasi sementara ada juga lembaga pendidikan
tinggi yang menggunakan kata standarisasi. Kata yang kita permasalahkan
ini berasal dari bahasa Inggris,standardization(atau ada juga yang
menulis (standardisation). Kata asalnya adalah standard yang kita serap
menjadi kata standar. Sementara katastandardizationkita serap menjadi
standardisasi, bukan standarisasi.
Mungkin ada yang bertanya, “Mengapa bukan standarisasi yang benar?
Bukankah kata standar jika diberi akhiran -isasi akan menjadi
standarisasi?” Jawabannya adalah karena akhiran -isasi adalah akhiran
asing yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia sehingga harus diserap
sebagai bagian kata yang utuh. Dengan demikian, kita harus menyerap kata
tersebut dari bentuk asalnya, yakni standardization, menjadi
standardisasi seperti juga pada kata implemen dan implementasi.
Legalisasi, modernisasi dan normalisasi
legalisatie, legalizationmenjadi legalisasi
modernisatie, madernizationmenjadi modernisasi
normalisatie, normalizationmenjadi normalisasi
Contoh di atas memerlihatkan bahwa dalam bahasa Indonesia kata
legalisasi tidak dibentuk dari kata legal dan unsur –isasi, tetapi kata
itu diserap secara utuh dari katalegalisatieataulegalization.Begitu juga
halnya kedua kata yang lain, yaitu normalisasi dan modernisasi. (lihat
Buku Praktis Bahasa Indonesia. 2007)
Bahasa Indonesia tidak menyerap unsur asing–isatieatau–izationmenjadi
–isasi, tetapi akhiran tersebut diserap secara utuh bersamaan dengan
kata aslinya. Jadi hal ini hendaklah –kita sebagai pengguna bahasa
Indonesia- memerhatikan secara seksama dalam proses pembentukan kata
yang diserap dari bahasa asing.
Selain unsur –isasi di atas, ada juga satu kosakata dalam bahasa
Indonesia yang sering kurang tepat penggunaanya dalam kehidupan
sehari-hari maupun situasi resmi. Sesuai dengan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam situasi resmi, kita harus
menghindari seminim mungkin kesalahan dalam berbahasa. Baik itu lisan
maupun tulisan.
Pungkir atau Mungkir?
Perhatikan kalimat berikut!
”Tidak bisa dipungkiri lagi Sobat, keputusan sudah bulat”
”Tidak.Kita bisa memungkiri keputusan tersebut!”
Kalimat pertama menggunakan kata “dimungkiri”, sementara kalimat kedua memakai
kata “dipungkiri”. Mana yang benar?
’Mungkir’ dalam KBBI berarti tidak mengakui, tidak mengiakan,
menolak, menyangkal. Inilah kata yang baku. Lalu, bagaimana dengan kata
pungkir? Pungkir adalah kata yang tidak baku dari kata mungkir sehingga
kita sebaiknya mengatakan “tak bisa dimungkiri”,
bukan “tak bisa dipungkiri”.
Dalam berbahasa Indonesia, khususnya dalam kegiatan menulis sering
terjadi kesalahan yang apakah kurang diperhatikan atau tidak tahu, atau
mungkin saja karena sudah menjadi kebiasaan. Saya juga sebagai penulis
artikel ini bukanlah seorang yang pakar dalam menulis dengan kaidah yang
baik dan benar, tetapi belajar menulis dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar sekaligus menghormatinya. Hidup bahasa Indonesia!!!
S
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
SEKOLAHDASAR.NET - Bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka diperlukan
berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia
adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa
Indo-nesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat
digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan
bahasa Indonesia sejak dini.
Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan
pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan
pendi-dikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui
pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal.
Pendidikan informal dilaku-kan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini
dilakukan saat anak berada di rumah bersama dengan keluarganya.
Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan
resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan
formal ini gurulah yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan
akan bahasa Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal dilaksanakan di
luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan,
pondok pesantren dan lain sebagainya.
Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah
jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6 jam
pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran.
Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa
mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai
kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui
bahasa yang baik pula.
Sumber: